inilah 5 Kisah perjuangan pak habibie

Bengkah.comInnalillahi Wa Inna Ilaihi Rajiun, Kita telah kegilangan orang hebat di negri ini, Hari ini Rabu(11/09/2019) Bapak BJ Habibie Meninggalkan kita semua.

Mantan Presiden Bj. Habibie mendapatkan tempat terhormat di Jerman. Para ilmuwan di Jerman tidak ada yang tidak mengenalnya. Namun sangat menyedihkan, Pemerintah Indonesia pada saat itu meremehkannya.
Ada kisah menarik terkait sosok Bj. Habibie yang dapat dijadikan pelajaran berharga untuk para penerus Bangsa Indonesia. Cerita tersebut ditulis oleh Capt. Novianto Herupratomo pada tahun 2012 yang disebarkan ke grup-grup Whatsapp.
Pada usianya 74 tahun, mantan Presiden RI, BJ Habibie secara mendadak mengunjungi fasilitas Garuda Indonesia didampingi oleh putra sulung, Ilham Habibie dan keponakannya, Adri Subono, juragan Java Musikindo. Dalam kunjungan ini, diputar video mengenai Garuda Indonesia Experience dan presentasi perjalanan kinerja Garuda Indonesia sejak tahun 2005 hingga tahun 2015 menuju Quantum Leap.
Sebagai “balasan” untuk Pak Habibie memutarkan video tentang penerbangan perdana N250 di landasan bandara Husein Sastranegara, IPTN Bandung tahun 1995. Berikut 5 cerita yang mengharukan.

1. Cerita IPTN Dibubarkan

Pak Habibie memulai cerita. “Dik, Anda tahu. Saya ini lulus SMA tahun 1954! Presiden Soekarno, Bapak Proklamator RI, orator paling unggul, sebenarnya memiliki visi yang luar biasa cemerlang. Indonesia dengan geografis ribuan pulau, memerlukan penguasaan teknologi yang berwawasan nasional, yakni Teknologi Maritim dan Teknologi Dirgantara.”
“Kala itu, tak ada ITB dan tak ada UI. Para pelajar SMA unggulan berbondong-bondong disekolahkan oleh Presiden Soekarno ke luar negeri untuk menimba Ilmu Teknologi Maritim dan Teknologi Dirgantara. Saya adalah rombongan kedua di antara ratusan pelajar SMA yang secara khusus dikirim ke berbagai negara. Pendidikan kami di luar negeri itu bukan pendidikan kursus kilat, tapi sekolah bertahun-tahun sambil bekerja praktik. Sejak awal saya hanya tertarik dengan how to build commercial aircraft bagi Indonesia,” lanjut Pak Habibie.
“Jadi sebenarnya Pak Soeharto, Presiden RI kedua hanya melanjutkan saja program itu. Beliau juga bukan pencetus ide penerapan teknologi berwawasan nasional di Indonesia. Lantas kita bangun perusahaan-perusahaan strategis, ada PT PAL dan salah satunya adalah IPTN,” beliau menegaskan.
“Sekarang, Dik, Anda semua lihat sendiri. N250 itu bukan pesawat asal-asalan dibikin! Pesawat itu sudah terbang tanpa mengalami Dutch Roll (istilah penerbangan untuk pesawat yang ‘oleng’) berlebihan, teknologi pesawat itu sangat canggih dan dipersiapkan untuk 30 tahun ke depan, diperlukan waktu 5 tahun untuk melengkapi desain awal, satu-satunya pesawat turboprop di dunia yang mempergunakan teknologi Fly by Wire, bahkan sampai hari ini.”

“Rakyat dan negara kita ini membutuhkan itu! Pesawat itu sudah terbang 900 jam dan selangkah lagi masuk program sertifikasi FAA. IPTN membangun khusus pabrik pesawat N250 di Amerika dan Eropa untuk pasar negara-negara itu. Namun, orang Indonesia selalu saja gemar bersikap sinis dan mengejek diri sendiri ‘apa mungkin orang Indonesia bikin pesawat terbang?’ Tiba-tiba, Presiden memutuskan agar IPTN ditutup dan begitu pula dengan industri strategis lainnya.”

2. Ainun Selalu Menemani Habibie

Ini cerita Habibie yang selalu didampingi Ainun kemana pun dia pergi. “Dik, saya ini memulai segala sesuatunya dari bawah, hinga saya ditunjuk menjadi Wakil Direktur Utama perusahaan terkemuka di Jerman dan akhirnya menjadi Presiden RI. Itu semua bukan kejadian tiba-tiba. Selama 48 tahun saya tidak pernah dipisahkan dengan Ainun, istri saya. Ia ikuti kemana saja saya pergi dengan penuh kasih sayang dan rasa sabar.”
“Dik, kalian barangkali sudah biasa hidup terpisah dengan istri, you pergi dinas dan istri di rumah, tapi tidak dengan saya. Gini ya, saya mau kasih informasi. Saya ini baru tahu bahwa Ainun mengidap kanker hanya 3 hari sebelum dia meninggal, tak pernah ada tanda-tanda dan tak pernah ada keluhan keluar dari Ibu.”
Dengan suara bergetar dan setengah terisak pak Habibie melanjutkan. “Dik, kalian tahu. Dua minggu setelah ditinggalkan Ainun, suatu hari saya pakai piyama tanpa alas kaki dan berjalan mondar-mandir di ruang keluarga sendirian sambil memanggil-manggil nama ibu. Ainun, Ainun, Ainun. Saya mencari ibu di semua sudut rumah.”

3. Sepeninggal Ainun

Para dokter yang melihat perkembangan Habibie sepeninggal Ainun berpendapat, “Habibie bisa mati dalam waktu 3 bulan jika terus begini.” Mereka bilang, “Kita (para dokter) harus tolong Habibie.” Para dokter Jerman dan Indonesia berkumpul untuk membantu Habibie dan memberikannya 3 pilihan. Pertama, Habibie harus dirawat, diberi obat khusus sampai dapat mandiri meneruskan hidup. Artinya, Habibie ini gila dan harus dirawat di Rumah Sakit Jiwa.
Kedua, para dokter akan mengunjungi Habibie di rumah dan harus berkonsultasi terus-menerus dengan mereka. Selain itu, dia juga harus mengkonsumsi obat khusus. Menurut Habibie, itu sama saja bahwa dia sudah gila dan harus diawasi terus.

Ketiga, Habibie disuruh untuk menuliskan apa saja mengenai Ainun. Bercerita dengan Ainun seolah istrinya itu masih hidup. Habibie pun pilih opsi ketiga.

4. Terimakasih Habibie pada Garuda Indonesia

Istri Habibie, Ainun, meninggal di Munchen, Jerman pada tahun 2010. Habibie mengucapkan rasa terimakasihnya pada Garuda Indonesia.  Berikut petikannya:
Saya tidak mau menyampaikan ucapan terima kasih melalui surat. Saya menunggu hari baik, berminggu-minggu dan berbulan-bulan untuk mencari momen yang tepat guna menyampaikan isi hati saya. Hari ini didampingi anak saya Ilham dan keponakan saya, Adri, maka saya, Habibie atas nama seluruh keluarga besar Habibie mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya, kalian, Garuda Indonesia telah mengirimkan sebuah Boeing B747-400 untuk menjemput kami di Jerman dan memulangkan Ibu Ainun ke tanah air, bahkan memakamkannya di Taman Makam Pahlawan. Sungguh suatu kehormatan besar bagi kami sekeluarga. Sekali lagi, saya mengucapkan terima kasih atas bantuan Garuda Indonesia.

5. Royalti Buku Kisah Kehidupan Habibie dan Ainun Diinfakkan

Pilihan ketiga Habibie untuk mengobati penyakitnya akhirnya menjadi sebuah buku tentang dirinya dan Ainun. Bahkan buku tersebut diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa asing, di antaranya Inggris, Arab, dan Jepang.
Semua uang hasil penjualan buku ini tak satu rupiah pun untuk memperkaya Habibie atau keluarga Habibie. Semua uang hasil penjualan buku ini dimasukkan ke rekening Yayasan yang dibentuk oleh Habibie dan Ainun untuk menyantuni orang cacat, salah satunya adalah para penyandang tunanetra.
 BBC ( Bengkah Blogger Community )

0 Response to "inilah 5 Kisah perjuangan pak habibie"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel